Disusun
oleh
Kelas
: 1EB17
Kelompok
2
Nama
Anggota :
1. Ayu
Hana Yolanda (21216235)
2. Brando
Arimatea Elsaday (21216477)
3. Cynthia
Wahyu Rahmadeti (21216656)
4. Dhea
Avricia Caniago
(21216921)
5. Dina
Lestari (22216075)
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Ketimpangan antar daerah ini membawa implikasi terhadap
tingkat kesejahteraan masyarakat antar daerah. Karena aspek ketimpangan
pembangunan antar daerah ini juga mempunyai implikasi pula terhadap formulasi
kebijakan pembangunan daerah yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.Ketimpangan
pembangunan antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan
ekonomi suatu daerah. Ketimpangan pembangunan
antar daerah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu
daerah. Ketimpangan ini pada dasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan
kandungan sumberdaya alam dan perbedaan kondisi geografi yang terdapat pada
masing – masing daerah.
Industrialisasi
merupakan proses menjadi industri dengan mempercepat hasil produksi dalam
segala segi kehidupan. Sehingga dengan adanya industri, yang cepat menimbulkan
sesuatu yang hilang atau bergeser yaitu norma-norma dalam masyarakat.
Industrilisasi merupakan usaha pemerintah untuk pemenuhan kebutuhan .Industri
adalah pembangunan ekonomi melalui transformasi sumber daya atau kuantitas
energi yang digunakan. Pada dasarnya manusia secara hakiki bersifat
industrial karena manusia senantiasa menggunakan berbagai alat untuk memenuhi
kebutuhannya. Selain itu manusia juga merupakan makhluk yang membuat alat atau
yang disebut juga dengan makhluk yang membagi alat atau disebut juga dengan
manusia kerja (homofaber). Oleh karena itu industri senantiasa dilakukan
manusia untuk mempertahankan hidupnya dengan bantuan alat-alatt ersebut.
Industrialisasi memberi input kepada masyarakat sehingga membentuk sikap dan
tingkah laku yang bercermin dalam bekerja.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Faktor
penyebab Ketimpangan Pembangunan Daerah.
2. Pembangunan
Indonesia Bagian Timur.
3. Teori
dan analisis Pembangunan Indonesia.
4. Konsep
dan tujuan industrialisasi.
5. Faktor-faktor
Pendorong Industrialisasi
6. Perkembangan
Sektor Industri Manufaktur Nasional.
7. Permasalahan
Industrialisasi.
8. Strategi
Pembangunan Sektor Industri.
1.3 Tujuan Masalah
Mahasiswa dapat mengetahui
memahami Pembangunan Ekonomi Daerah Otonomi Daerah dan Industrialisasi di
Indonesia.
1.4 Metode
Penulisan
-
Metode Sekunder
Metode yang saya gunakan adalah Metode Sekunder. Yang di maksud dengan
metode sekunder adalah metode yang menghubungkan data-data yang sudah ada.
Sesuai dengan pengertian tersebut kami menghubungkan data-data yang kami dapat
antara yang satu dengan yang lain. Selain itu, kami juga menghubungkan
data-data yang ada dengan landasan teori yang kami gunakan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Faktor-faktor penyebab
ketimpangan pembangunan daerah
1. Konsentrasi
kegiatan ekonomi wilayah
Pertumbuhan
ekonomi akan cenderung lebih cepat pada suatu daerah dimana konsentrasi
kegiatan ekonominya cukup besar. Kondisi inilah yang selanjutnya akan mendorong
proses pembangunan daerah melalui peningkatan penyediaan lapangan kerja dan
tingkat pendapatan masyarakat.
2. Perbedaan kondisi demografis
Perbedaan
kondisi demografis meliputi perbedaan tingkat pertumbuhan dan struktur
kependudukan, perbedaan tingkat pendidikan dan kesehatan, perbedaan kondisi
ketenagakerjaan dan perbedaan dalam tingkah laku dan kebiasaan serta etos kerja
yang dimiliki masyarakat daerah bersangkutan. Kondisi demografis akan
berpengaruh terhadap produktivitas kerja masyarakat setempat. Daerah dengan
kondisi demografis yang baik akan cenderung mempunyai produktivitas kerja yang
lebih tinggi sehingga hal ini akan mendorong peningkatan investasi yang
selanjutnya akan meningkatkan penyediaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi
daerah tersebut.
3.
Alokasi dana pembangunan antar wilayah
Alokasi
dana ini bisa berasal dari pemerintah maupun swasta. Pada sistem pemerintahan
otonomi maka dana pemerintah akan lebih banyak dialokasikan ke daerah sehingga
ketimpangan pembangunan antar wilayah akan cenderung lebih rendah. Untuk
investasi swasta lebih banyak ditentukan oleh kekuatan pasar. Dimana keuntungan
lokasi yang dimiliki oleh suatu daerah merupakan kekuatan yang berperan banyak
dalam menark investasi swasta. Keuntungan lokasi ditentukan oleh biaya transpor
baik bahan baku dan hasil produksi yang harus dikeluarkan pengusaha perbedaan
upah buruh, konsentrasi pasar, tingkat persaingan usaha dan sewa tanah. Oleh
karena itu investai akan cenderung lebih banyak di daerah perkotaan
dibandingkan dengan daerah pedesaan.
4. Kurang
lancarnya mobilitas barang dan jasa
Mobilitas
barang dan jasa meliputi kegiatan perdagangan antar daerah dan migrasi baik
yang disponsori pemerintah (transmigrasi) atau migrasi spontan. Alasannya
adalah apabila mobilitas kurang lancar maka kelebihan produksi suatu daerah
tidak dapat di jual ke daerah lain yang membutuhkan. Akibatnya adalah ketimpangan
pembangunan antar wilayah akan cenderung tinggi sehingga daerah terbelakang
sulit mendorong proses pembangunannya.
5.
Perbedaan kandungan sumber daya alam
Perbedaan
kandungan sumber daya alam akan mempengaruhi kegiatan produksi pada daerah
bersangkutan. Daerah dengan kandungan sumber daya alam cukup tinggi akan dapat
memproduksi barang-barang tertentu dengan biaya relatif murah dibandingkan
dengan daerah lain yang mempunyai kandungan sumber daya alam lebih rendah.
Kondisi ini mendorong pertumbuhan ekonomi daerah bersangkutan menjadi lebih
cepat. Sedangkan daerah lain yang mempunyai kandungan sumber daya alam lebih
kecil hanya akan dapat memproduksi barang-barang dengan biaya produksi lebih
tinggi sehingga daya saingnya menjadi lemah. Kondisi tersebut menyebabkan
daerah bersangkutan cenderung mempunyai pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat.
2.2
Pembangunan Indonesia Bagian Timur
Pembangunan infrastruktur di
Indonesia mengalami pasang surut terutama saat Indonesia dilanda krisis
ekonomi. Pembangunan infrastruktur mengalami hambatan pembiayaan karena sampai
sejauh ini, titik berat pembangunan masih difokuskan pada investasi sektor-
sektor yang dapat menghasilkan perputaran uang (cash money) yang tinggi dengan
argumentasi bahwa hal itu diperlukan guna memulihkan perekonomian nasional. Hasil pembangunan ekonomi
nasional selama pemerintahan orde baru menunjukkan bahwa walaupun secara
nasional laju pertumbuhan ekonomi nasional rata-rata per tahun tinggi namun
pada tingkat regional proses pembangunan selama itu telah menimbulkan suatu
ketidak seimbangan pembangunan yang menyolok antara indonesia bagian barat dan
indonesia bagian timur. Dalam berbagai aspek pembangunan ekonomi dan sosial,
indonesia bagian timur jauh tertinggal dibandingkan indonesia bagian barat.
Ruang lingkup dari penyusunan
strategi ini mencakup seluruh aspek potensi ekonomi wilayah Indonesia Timur
sebagai rumusan strategis pembangunan infrastruktur nasional, baik berdasarkan
subsektor jenis infrastruktur dan maupun tipologi kewilayahan dengan basis
pendekatan potensi. Penyusunan
strategi pembangunan dan pembiayaan infrastruktur kawasan timur Indonesia
diharapkan dapat menghasilkan Master Plan di bidang infrastruktur yang akan
mendukung skenario pembangunan era baru ekonomi Indonesia di masa yang akan
datang.
Pembanguanan
ekonomi di Indonesia bagian timur juga menghadapai berbagai macam tantangan yang
apabila dapat diantisipasi dengan persiapan yang baik bisa berubah menjadi
peluang besar. Salah satu peluang besar yang akan muncul di masa mendatang
adalah akibat liberalisasi perdagangan dan investasi dunia (paling cepat adalah
era AFTA tahun 2003). Liberalisasi ini akan membuka peluang bagi IBT seperti
juga IBB untuk mengembangkan aktivitas ekonomi dan perdagangna yang ada di
daerahnya masing- masing.
Kelemahan
Wilayah Indonesia Bagian Timur
1.
Kualitas sumber daya manuasia yang masih rendah.
2.
Keterbatasan sarana infrastruktur.
3.
Kapasitas kelembagaan pemerintah dan publik masih lemah.
4.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan masih rendah.
Keunggulan wilayah Indonesia Bagian
Timur
1.
Kekayaan sumber daya alam.
2.
Posisi geografis yang strategis.
3.
Potensi lahan pertanian yang cukup luas.
4.
Potensi sumber daya manusia.
2.3
Teori dan Analisis Pembangunan Indonesia
Teori-teori pembangunan dapat
dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu teori modernisasi, tahap dependensi dan
teori sistem dunia. Pada tahap pertama, muncul teori modernisasi. Teori ini
muncul di Amerika Serikat yang mengaplikasikannya dalam program Marshal Plan.
Teori modern dibagi menjadi teori modern klasik dan teori modern baru. Teori modern klasik memberikan pembenaran mengenai hubungan
yang bertolak belakang antara masyarakat tradisional dan modern. Teori ini
menyoroti bahwa negara dunia ketiga merupakan negara terbelakang dengan
masyarakat tradisionalnya. Sementara negara-negara Barat dilihat sebagai negara
modern. Teori ini memberikan saran bahwa negara-negara berkembang harus
meninggalkan nilai-nilai tradisionalnya agar dapat keluar dari berbagai
permasalahan, seperti kemiskinan. Teori ini juga menilai ideologi komunisme
sebagai ancaman pembangunan negara Dunia Ketiga. Satu hal yang menonjol dari
teori modernisasi klasik ini adalah, modernisasi lebih menekankan faktor
internal sebagai akibat dari masalah dalam masyarakat itu sendiri.
Teori dependensi menitikberatkan
pada persoalan keterbelakangan dan pembangunan negara Dunia Ketiga. Teori ini
mewakili suara negara-negara pinggiran untuk menantang hegemoni ekonomi, politik,
budaya dan intelektual dari negara maju. Teori ini menyatakan bahwa karena
sentuhan modernisasi itulah negara-negara dunia ketiga kemudian mengalami
kemunduran (keterbelakangan). Secara ekstrim dikatakan bahwa kemajuan atau
kemakmuran dari negara-negara maju pada kenyataannya menyebabkan
keterbelakangan dari negara-negara lainnya. Hal ini dilihat dari kegagalan
program dari Komisi Ekonomi PBB untuk Amerika Latin (KEPBBAL) pada awal
1960-an. Program ini dimulai tahun 1950-an saat banyak negara Amerika Latin
menerapkan strategi pembangunan yang menitikberatkan pada proses
industrialisasi melalui program Industrialisasi Substitusi Import (ISI).
Strategi
pembangunan tersebut diterapkan dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan
rakyat dan pemerataan hasil pembangunan.
Teori terakhir adalah teori
sistem dunia teori ini memiliki pandangan bahwa dunia merupakan sebuah sistem
yang sangat kuat yang mencakup seluruh negara di dunia yaitu sistem
kapitalisme. Di dalam teori ini adanya bentuk hubungan negara dalam sistem
dunia yang terbagi dalam tiga bentuk negara yaitu negara sentral, negara semi
pinggiran dan negara pinggiran. Ketiga bentuk negara tersebut terlibat dalam
hubungan yang harmonis secara ekonomis dan kesemuanya memiliki tujuan untuk
menuju pada bentuk negara sentral yang mapan secara ekonomi. Perubahan status
negara pinggiran menuju negara semi pinggiran ditentukan oleh keberhasilan
negara pinggiran dalam melaksanakan salah satu strategi pembangunan yaitu
strategi menangkap dan memanfaatkan peluang, strategi promosi dengan undangan dan
strategi berdiri di atas kaki sendiri. Sedangkan upaya negara semi pinggiran
menuju negara sentral bergantung pada kemampuan negara semi pinggiran dalam
melakukan perluasan pasar serta pengenalan teknologi modern.
Perbandingan
antara Teori Dependensi dan Teori Sistem Dunia
Elemen
Perbandingan
|
Teori
Dependensi
|
Teori
Sistem
Dunia
|
Unit
Analisis
|
Negara-Bangsa
|
Sistem
dunia
|
Metode
Kajian
|
Historis
structural
|
Dinamika
sejarah dunia
|
Struktur
Teori
|
Dua
kutub
(sental-pinggiran)
|
Tiga
kutub
(sentral-semi
pinggiran-pinggiran)
|
Arah
Pembangunan
|
Deterministik
|
Peluang
terjadinya mobilitas
|
Arena
Kajian
|
Negara
pinggiran
|
Negara
pinggiran, negara semi pinggiran dan sistem ekonomi dunia
|
2.4
Konsep dan Tujuan Industrialisasi
Awal konsep industrialisasi
revolusi industry abad 18 di Inggris adalah dalam pemintalan dan produksi kapas
yang menciptakan spesialisasi produksi. Selanjutnya penemuan baru pada
pengolahan besi dan mesin uap sehingga mendorong inovasi baja,dan begitu
seterusnya,inovasi-inovasi bar uterus bermunculan.industri merupakan salah satu
strategi jangka panjang untuk menjamin pertumbuhan ekonomi. Industrialisasi
merupakan salah satu strategi jangka panjang untuk menjamin pertumbuhan
ekonomi. Hanya beberapa Negara dengan penduduk sedikit dan kekayaan alam
melimpah seperti Kuwait dan libya ingin mencapai pendapatan yang tinggi tanpa
industrialisasi.
Tujuan
industrialisasi itu sendiri adalah untuk memajukan sumber daya alam yang
dimiliki oleh setiap Negara dengan didukung oleh sumber daya manusia yang
berkualitas dengan industrialisasi ini maka Negara berkembanga yang mampu
memanfaatkannya dengan baik maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Negara
tersebut.
Tujuan pembangunan industri nasional
baik jangka menengah maupun jangka panjang ditujukan untuk mengatasi
permasalahan dan kelemahan baik di sektor industri maupun untuk mengatasi
permasalahan secara nasional yaitu :
1. Meningkatkan
penyerapan tenaga kerja industri.
2. Meningkatkan
ekspor Indonesia dan pember-dayaan pasar dalam negeri.
3. Memberikan
sumbangan pertumbuhan yang berarti bagi perekonomian.
4. Mendukung
perkembangan sektor infrastruktur.
5. Meningkatkan
kemampuan teknologi.
6. Meningkatkan
pendalaman struktur industri dan diversifikasi produk.
7. Meningkatkan
penyebaran industri.
2.5
Faktor-faktor Pendorong Industrialisasi
1. Keberadaan sumber daya alam (SDA)
Ada
kecenderungan bahwa Negara-negara yang kaya SDA tingkat diversifikasi dan laju
pertumbuhan ekonominya relatif lebih renda dan negara tersebut cenderung tidak
atau terlambat melakukan industrilisasi atau prosesnya berjalan relatif lebih
lambat dibanding negara-negara yang miskin SDA.
2. Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negri.
Suatu negara yang
pada awal pembangunan ekonomi atau industriliasasinya sudah memiliki
industri-industri primer atau hulu seperti besi dan baja, semen, perokimia dan
industri-industri tengah seperti industri barang modal dan alat-alat produksi
yang relatif kuat akan mengalami proses industrilisasi yang lebih pesat
dibandingkan negara yang hanya memiliki indstri-industri hilir atau ringan.
3. Besarnya pasar dalam negri yang di tentukan oleh
kombinasi antar jumlah populasi dan tingkat PN Rill per kapital.
Pasar dalam
negri yang besar, seperti Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta
orang merupakan salah satu faktor perangsang bai pertumbuhan kegiatan kegiatan
ekonomi termasuk indusri karena pasar yang besar menjamin adanya skala ekonomi
dan efisien dalam proses produksi jika pasar
domestik kecil maka ekspor merupakan alternatif satu-satunya untuk mencapai
produk oktimal.
4. Kebijakan strategi pemerintah
Pola
inindustrilisasi di negara yang menerapkan kebijakan subtitusi impor dan
kebijakan perdagangan luar negri yang protektif berbeda dengan di negara yang
menerapkan kebijakan promosi ekspor dalam mendukung industrinya.
2.6 Permasalahan
Industrialisasi
Kendala bagi pertumbuhan industri di dalam
negeri adalah ketergantungan terhadap bahan baku serta komponen impor. Mesproduksi
yang sudah tua juga menjadi hambatan bagi peningkatan produktivitas dan
efisiensi. Permasalahan-permasalahan tersebut telah menurunkan daya saing
industri dalam negeri. Kementerian Perindustrian telah mengidentifikasinya responsnya
adalah dibuat Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri.
Masalah dalam industri manufaktur
nasional:
1.
Kelemahan struktural
ü Terbatas pada empat
produk (kayu lapis, pakaian jadi, tekstil & alas kaki)
ü Pasar tekstil dan
pakaian jadi terbatas pada beberapa negara: USA, Kanada, Turki dan
Norwegia, USA, Jepang dan Singapura mengimpor 50% dari total ekspor
tekstil pakaian jadi dari Indonesia.
ü Produk penyumbang
80% dari ekspor manufaktur indonesia masih mudah terpengaruh oleh perubahan
permintaan produk di pasar terbatas
ü Produk manufaktur
terpilih padat karya mengalami penurunan harga muncul pesaing baru seperti
cina dan vietman
ü Produk manufaktur
tradisional menurun daya saingnya sbg akibat factor internal seperti
tuntutan kenaikan upah
2.
Ketergantungan impor sangat tinggi
·
Nilai impor bahan baku komponen input perantara masih tinggi
diatas 45%.
·
Industri padat karya seperti tekstil,
pakaian jadi dan kulit bergantung kepada impor bahan baku, komponen dan input
perantara masih tinggi.
·
Pengembangan produk dengan merek sendiri dan pembangunan
jaringan pemasaran masih terbatas.
3.
Tidak ada industri berteknologi menengah
v Kontribusi industri
berteknologi menengah seperti logam, karet, plastik dan semen terhadap
pembangunan sektor industri manufaktur menurun tahun 1985 -1997.
v Kontribusi produk
padat modal seperti material dari plastik, karet, pupuk, kertas, besi dan baja
terhadap ekspor menurun 1985 –1 997
v Produksi produk
dengan teknologi rendah berkembang pesat.
4.
Kelemahan organisasi
·
Industri kecil dan menengah masih
terbelakang produktivtas rendah.
·
Konsentrasi Pasar.
·
Kapasitas menyerap dan mengembangkan
teknologi masih lemah.
·
SDM yang lemah.
3.7 Strategi
Pembangunan Sektor Industri
a) Strategi Pokok
·
Memperkuat
keterkaitan pada semua tingkatan rantai nilai (value chain) dari industri
termasuk kegiatan dari industri pendukung (supporting industries), industri
terkait (related industries), industri penyedia infrasturktur dan industri jasa
penunjang lainnya. Keterkaitan ini dikembangkan sebagai upaya untuk membangunan
jaringan industri (networking) dan meningkatkan daya saing yang mendorong
inovasi.
·
Meningkatkan
nilai tambah sepanjang rantai nilai dengan membangun kompetensi inti.
·
Meningkatkan
produktivitas, efisiensi dan jenis sumber daya yang digunakan dalam industri
dan memfokuskan pada penggunaan sumber daya terbarukan (green product).
b) Strategi Operasional
1.
Pengembangan Lingkungan Bisnis yang nyaman dan
kondusif
- Bekerjasama dengan instansi terkait untuk
mengembangkan Prasarana dan Sarana fisik didaerah-daerah yang prospek
industrinya potensial ditumbuhkan, antara lain jalan, jembatan, pelabuhan,
jaringan tenaga listrik, bahan bakar, jasa angkutan dan lain-lain.
- Mendorong pengembangan SDM Industri,
khususnya di dibidang Teknik Produksi dan Manajemen Bisnis.
- Mengembangkan kebijakan sistem
insentif yang efektif, edukatif, selektif dan atraktif.
2.
Fokus
pengembangan industri dilakukan dengan mendorong pertumbuhan klaster industri
prioritas
Penentuan industri prioritas
dilakukan melalui analisis daya saing internasional serta pertimbangan besarnya
potensi indonesia yang dapat digunakan dalam rangka menumbuhkan industri. Dalam
jangka panjang pengembangan industri diarahkan pada penguatan, pendalaman dan
pertumbuhan klaster pada kelompok industri:
1). Industri Argo
2). Industri Alat Angkut
3). Industri Telematika
4). Basis Industri Manufaktur
5). Industri Kecil dan Menengah
Tertentu.
3. Penetapan
prioritas persebaran
Pembangunan industri ke
daerah-daerah mendekati sumber bahan baku agar efisiensi yang kegiatan
industrinya belum banyak berkembang, di daerah luar Pulau Jawa khususnya di
Kawasan Timur Indonesia dan daerah perbatasan (prioritas eco-regional).
4.Pengembangan
kemampuan inovasi khususnya dibidang Teknologi Industri dan Manajemen.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembangunan ekonomi daerah otonom
adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola
sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah
daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan
merangsang perkembangan kegiatan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi dalam wilayah
tersebut. Industrialisasi dalam konteks globalisasi saat ini telah
diketahui yakni meningkatkan produktivitas melalui peningkatan efisiensi. Sudut
pandang kepentingan perekonomian suatu bangsa industrialisasi memang penting
bagi kelangsungan pertumbuhan ekonomi tinggi dan stabilitas. Namun industrialisasi
bukanlah tujuan akhir melainkan hanya merupakan salah satu strategi yang harus
ditempuh untuk mendukung proses pembangunan ekonomi guna mencapai tingkat
pendapatan perkapita tinggi. Meskipun pelaksanaannya sangat bervariasi antar
negara periode industrialisasi merupakan tahapan logis dalam proses perubahan
struktur ekonomi.
Referensi
- Suwarsono,
Alvyn Y. So. 2006. Perubahan Sosial dan Pembangunan. Jakarta: Pustaka
LP3ES.
-
http://mariyammariya.blogspot.co.id/2015/04/strategi-pembangunan-sektor-industri.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar