Rabu, 02 Agustus 2017

Pembangunan Ekonomi Daerah Otonomi Daerah dan Industrialisasi di Indonesia.




Dosen : Antoni,SE., MM
Disusun oleh
Kelas : 1EB17

Kelompok 2

Nama Anggota :

1.    Ayu Haa Yolanda                                                         (21216235)
2.    Brando Arimatea Elsaday                                            (21216477)
3.    Cynthia Wahyu Rahmadeti                                          (21216656)
4.    Dhea Avricia Caniago                                                  (21216921)

5.    Dina Lestari                                                                 (22216075)




BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Ketimpangan antar daerah ini membawa implikasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat antar daerah. Karena aspek ketimpangan pembangunan antar daerah ini juga mempunyai implikasi pula terhadap formulasi kebijakan pembangunan daerah yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.Ketimpangan pembangunan antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Ketimpangan pembangunan antar daerah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Ketimpangan ini pada dasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan kandungan sumberdaya alam dan perbedaan kondisi geografi yang terdapat pada masing – masing daerah.
Industrialisasi merupakan proses menjadi industri dengan mempercepat hasil produksi dalam segala segi kehidupan. Sehingga dengan adanya industri, yang cepat menimbulkan sesuatu yang hilang atau bergeser yaitu norma-norma dalam masyarakat. Industrilisasi merupakan usaha pemerintah untuk pemenuhan kebutuhan .Industri adalah pembangunan ekonomi melalui transformasi sumber daya atau kuantitas energi yang digunakan. Pada dasarnya manusia secara hakiki bersifat industrial karena manusia senantiasa menggunakan berbagai alat untuk memenuhi kebutuhannya. Selain itu manusia juga merupakan makhluk yang membuat alat atau yang disebut juga dengan makhluk yang membagi alat atau disebut juga dengan manusia kerja (homofaber). Oleh karena itu industri senantiasa dilakukan manusia untuk mempertahankan hidupnya dengan bantuan alat-alatt ersebut. Industrialisasi memberi input kepada masyarakat sehingga membentuk sikap dan tingkah laku yang bercermin dalam bekerja.


1.2       Rumusan Masalah
1.    Faktor penyebab Ketimpangan Pembangunan Daerah.
2.    Pembangunan Indonesia Bagian Timur.
3.    Teori dan analisis Pembangunan Indonesia.
4.    Konsep dan tujuan industrialisasi.
5.    Faktor-faktor Pendorong Industrialisasi
6.    Perkembangan Sektor Industri Manufaktur Nasional.
7.    Permasalahan Industrialisasi.
8.    Strategi Pembangunan Sektor Industri.

1.3 Tujuan Masalah
Mahasiswa dapat mengetahui memahami Pembangunan Ekonomi Daerah Otonomi Daerah dan Industrialisasi di Indonesia.

1.4       Metode Penulisan
-       Metode Sekunder
Metode yang saya gunakan adalah Metode Sekunder. Yang di maksud dengan metode sekunder adalah metode yang menghubungkan data-data yang sudah ada. Sesuai dengan pengertian tersebut kami menghubungkan data-data yang kami dapat antara yang satu dengan yang lain. Selain itu, kami juga menghubungkan data-data yang ada dengan landasan teori yang kami gunakan.







BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Faktor-faktor penyebab ketimpangan pembangunan daerah
1. Konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah
Pertumbuhan ekonomi akan cenderung lebih cepat pada suatu daerah dimana konsentrasi kegiatan ekonominya cukup besar. Kondisi inilah yang selanjutnya akan mendorong proses pembangunan daerah melalui peningkatan penyediaan lapangan kerja dan tingkat pendapatan masyarakat.
2. Perbedaan kondisi demografis
Perbedaan kondisi demografis meliputi perbedaan tingkat pertumbuhan dan struktur kependudukan, perbedaan tingkat pendidikan dan kesehatan, perbedaan kondisi ketenagakerjaan dan perbedaan dalam tingkah laku dan kebiasaan serta etos kerja yang dimiliki masyarakat daerah bersangkutan. Kondisi demografis akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja masyarakat setempat. Daerah dengan kondisi demografis yang baik akan cenderung mempunyai produktivitas kerja yang lebih tinggi sehingga hal ini akan mendorong peningkatan investasi yang selanjutnya akan meningkatkan penyediaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.
3. Alokasi dana pembangunan antar wilayah
Alokasi dana ini bisa berasal dari pemerintah maupun swasta. Pada sistem pemerintahan otonomi maka dana pemerintah akan lebih banyak dialokasikan ke daerah sehingga ketimpangan pembangunan antar wilayah akan cenderung lebih rendah. Untuk investasi swasta lebih banyak ditentukan oleh kekuatan pasar. Dimana keuntungan lokasi yang dimiliki oleh suatu daerah merupakan kekuatan yang berperan banyak dalam menark investasi swasta. Keuntungan lokasi ditentukan oleh biaya transpor baik bahan baku dan hasil produksi yang harus dikeluarkan pengusaha perbedaan upah buruh, konsentrasi pasar, tingkat persaingan usaha dan sewa tanah. Oleh karena itu investai akan cenderung lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan.
4. Kurang lancarnya mobilitas barang dan jasa
Mobilitas barang dan jasa meliputi kegiatan perdagangan antar daerah dan migrasi baik yang disponsori pemerintah (transmigrasi) atau migrasi spontan. Alasannya adalah apabila mobilitas kurang lancar maka kelebihan produksi suatu daerah tidak dapat di jual ke daerah lain yang membutuhkan. Akibatnya adalah ketimpangan pembangunan antar wilayah akan cenderung tinggi sehingga daerah terbelakang sulit mendorong proses pembangunannya.
5. Perbedaan kandungan sumber daya alam
Perbedaan kandungan sumber daya alam akan mempengaruhi kegiatan produksi pada daerah bersangkutan. Daerah dengan kandungan sumber daya alam cukup tinggi akan dapat memproduksi barang-barang tertentu dengan biaya relatif murah dibandingkan dengan daerah lain yang mempunyai kandungan sumber daya alam lebih rendah. Kondisi ini mendorong pertumbuhan ekonomi daerah bersangkutan menjadi lebih cepat. Sedangkan daerah lain yang mempunyai kandungan sumber daya alam lebih kecil hanya akan dapat memproduksi barang-barang dengan biaya produksi lebih tinggi sehingga daya saingnya menjadi lemah. Kondisi tersebut menyebabkan daerah bersangkutan cenderung mempunyai pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat.

2.2 Pembangunan Indonesia Bagian Timur
Pembangunan infrastruktur di Indonesia mengalami pasang surut terutama saat Indonesia dilanda krisis ekonomi. Pembangunan infrastruktur mengalami hambatan pembiayaan karena sampai sejauh ini, titik berat pembangunan masih difokuskan pada investasi sektor- sektor yang dapat menghasilkan perputaran uang (cash money) yang tinggi dengan argumentasi bahwa hal itu diperlukan guna memulihkan perekonomian nasional. Hasil pembangunan ekonomi nasional selama pemerintahan orde baru menunjukkan bahwa walaupun secara nasional laju pertumbuhan ekonomi nasional rata-rata per tahun tinggi namun pada tingkat regional proses pembangunan selama itu telah menimbulkan suatu ketidak seimbangan pembangunan yang menyolok antara indonesia bagian barat dan indonesia bagian timur. Dalam berbagai aspek pembangunan ekonomi dan sosial, indonesia bagian timur jauh tertinggal dibandingkan indonesia bagian barat.
Ruang lingkup dari penyusunan strategi ini mencakup seluruh aspek potensi ekonomi wilayah Indonesia Timur sebagai rumusan strategis pembangunan infrastruktur nasional, baik berdasarkan subsektor jenis infrastruktur dan maupun tipologi kewilayahan dengan basis pendekatan potensi. Penyusunan strategi pembangunan dan pembiayaan infrastruktur kawasan timur Indonesia diharapkan dapat menghasilkan Master Plan di bidang infrastruktur yang akan mendukung skenario pembangunan era baru ekonomi Indonesia di masa yang akan datang.
Pembanguanan ekonomi di Indonesia bagian timur juga menghadapai berbagai macam tantangan yang apabila dapat diantisipasi dengan persiapan yang baik bisa berubah menjadi peluang besar. Salah satu peluang besar yang akan muncul di masa mendatang adalah akibat liberalisasi perdagangan dan investasi dunia (paling cepat adalah era AFTA tahun 2003). Liberalisasi ini akan membuka peluang bagi IBT seperti juga IBB untuk mengembangkan aktivitas ekonomi dan perdagangna yang ada di daerahnya masing- masing.
Kelemahan Wilayah Indonesia Bagian Timur 
1.    Kualitas sumber daya manuasia yang masih rendah.
2.    Keterbatasan sarana infrastruktur.
3.    Kapasitas kelembagaan pemerintah dan publik masih lemah.
4.    Partisipasi masyarakat dalam pembangunan masih rendah.
Keunggulan wilayah Indonesia Bagian Timur 
1.    Kekayaan sumber daya alam.
2.    Posisi geografis yang strategis.
3.    Potensi lahan pertanian yang cukup luas. 
4.    Potensi sumber daya manusia.

2.3 Teori dan Analisis Pembangunan Indonesia
Teori-teori pembangunan dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu teori modernisasi, tahap dependensi dan teori sistem dunia. Pada tahap pertama, muncul teori modernisasi. Teori ini muncul di Amerika Serikat yang mengaplikasikannya dalam program Marshal Plan. Teori modern dibagi menjadi teori modern klasik dan teori modern baru. Teori modern klasik memberikan pembenaran mengenai hubungan yang bertolak belakang antara masyarakat tradisional dan modern. Teori ini menyoroti bahwa negara dunia ketiga merupakan negara terbelakang dengan masyarakat tradisionalnya. Sementara negara-negara Barat dilihat sebagai negara modern. Teori ini memberikan saran bahwa negara-negara berkembang harus meninggalkan nilai-nilai tradisionalnya agar dapat keluar dari berbagai permasalahan, seperti kemiskinan. Teori ini juga menilai ideologi komunisme sebagai ancaman pembangunan negara Dunia Ketiga. Satu hal yang menonjol dari teori modernisasi klasik ini adalah, modernisasi lebih menekankan faktor internal sebagai akibat dari masalah dalam masyarakat itu sendiri.
Teori dependensi menitikberatkan pada persoalan keterbelakangan dan pembangunan negara Dunia Ketiga. Teori ini mewakili suara negara-negara pinggiran untuk menantang hegemoni ekonomi, politik, budaya dan intelektual dari negara maju. Teori ini menyatakan bahwa karena sentuhan modernisasi itulah negara-negara dunia ketiga kemudian mengalami kemunduran (keterbelakangan). Secara ekstrim dikatakan bahwa kemajuan atau kemakmuran dari negara-negara maju pada kenyataannya menyebabkan keterbelakangan dari negara-negara lainnya. Hal ini dilihat dari kegagalan program dari Komisi Ekonomi PBB untuk Amerika Latin (KEPBBAL) pada awal 1960-an. Program ini dimulai tahun 1950-an saat banyak negara Amerika Latin menerapkan strategi pembangunan yang menitikberatkan pada proses industrialisasi melalui program Industrialisasi Substitusi Import (ISI). Strategi pembangunan tersebut diterapkan dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dan pemerataan hasil pembangunan.
Teori terakhir adalah teori sistem dunia teori ini memiliki pandangan bahwa dunia merupakan sebuah sistem yang sangat kuat yang mencakup seluruh negara di dunia yaitu sistem kapitalisme. Di dalam teori ini adanya bentuk hubungan negara dalam sistem dunia yang terbagi dalam tiga bentuk negara yaitu negara sentral, negara semi pinggiran dan negara pinggiran. Ketiga bentuk negara tersebut terlibat dalam hubungan yang harmonis secara ekonomis dan kesemuanya memiliki tujuan untuk menuju pada bentuk negara sentral yang mapan secara ekonomi. Perubahan status negara pinggiran menuju negara semi pinggiran ditentukan oleh keberhasilan negara pinggiran dalam melaksanakan salah satu strategi pembangunan yaitu strategi menangkap dan memanfaatkan peluang, strategi promosi dengan undangan dan strategi berdiri di atas kaki sendiri. Sedangkan upaya negara semi pinggiran menuju negara sentral bergantung pada kemampuan negara semi pinggiran dalam melakukan perluasan pasar serta pengenalan teknologi modern.
Perbandingan antara Teori Dependensi dan Teori Sistem Dunia 
Elemen Perbandingan
Teori
Dependensi
Teori
Sistem Dunia
Unit Analisis
Negara-Bangsa
Sistem dunia
Metode Kajian
Historis structural
Dinamika sejarah dunia
Struktur Teori
Dua kutub
(sental-pinggiran)
Tiga kutub
(sentral-semi pinggiran-pinggiran)
Arah Pembangunan
Deterministik
Peluang terjadinya mobilitas
Arena Kajian
Negara pinggiran
Negara pinggiran, negara semi pinggiran dan sistem ekonomi dunia

2.4 Konsep dan Tujuan Industrialisasi
Awal konsep industrialisasi revolusi industry abad 18 di Inggris adalah dalam pemintalan dan produksi kapas yang menciptakan spesialisasi produksi. Selanjutnya penemuan baru pada pengolahan besi dan mesin uap sehingga mendorong inovasi baja,dan begitu seterusnya,inovasi-inovasi bar uterus bermunculan.industri merupakan salah satu strategi jangka panjang untuk menjamin pertumbuhan ekonomi. Industrialisasi merupakan salah satu strategi jangka panjang untuk menjamin pertumbuhan ekonomi. Hanya beberapa Negara dengan penduduk sedikit dan kekayaan alam melimpah seperti Kuwait dan libya ingin mencapai pendapatan yang tinggi tanpa industrialisasi.
       Tujuan industrialisasi itu sendiri adalah untuk memajukan sumber daya alam yang dimiliki oleh setiap Negara dengan didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dengan industrialisasi ini maka Negara berkembanga yang mampu memanfaatkannya dengan baik maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Negara tersebut.
Tujuan pembangunan industri nasional baik jangka menengah maupun jangka panjang ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan baik di sektor industri maupun untuk mengatasi permasalahan secara nasional yaitu :
1.      Meningkatkan penyerapan tenaga kerja industri.
2.      Meningkatkan ekspor Indonesia dan pember-dayaan pasar dalam negeri.
3.      Memberikan sumbangan pertumbuhan yang berarti bagi perekonomian.
4.      Mendukung perkembangan sektor infrastruktur.
5.      Meningkatkan kemampuan teknologi.
6.      Meningkatkan pendalaman struktur industri dan diversifikasi produk.
7.      Meningkatkan penyebaran industri.

2.5 Faktor-faktor Pendorong Industrialisasi
1. Keberadaan sumber daya alam (SDA)
Ada kecenderungan bahwa Negara-negara yang kaya SDA tingkat diversifikasi dan laju pertumbuhan ekonominya relatif lebih renda dan negara tersebut cenderung tidak atau terlambat melakukan industrilisasi atau prosesnya berjalan relatif lebih lambat dibanding negara-negara yang miskin SDA.
2. Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negri.
Suatu negara yang pada awal pembangunan ekonomi atau industriliasasinya sudah memiliki industri-industri primer atau hulu seperti besi dan baja, semen, perokimia dan industri-industri tengah seperti industri barang modal dan alat-alat produksi yang relatif kuat akan mengalami proses industrilisasi yang lebih pesat dibandingkan negara yang hanya memiliki indstri-industri hilir atau ringan.
3. Besarnya pasar dalam negri yang di tentukan oleh kombinasi antar jumlah populasi dan tingkat PN Rill per kapital.
Pasar dalam negri yang besar, seperti Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta orang merupakan salah satu faktor perangsang bai pertumbuhan kegiatan kegiatan ekonomi termasuk indusri karena pasar yang besar menjamin adanya skala ekonomi dan efisien dalam proses produksi jika pasar domestik kecil maka ekspor merupakan alternatif satu-satunya untuk mencapai produk oktimal.
4. Kebijakan strategi pemerintah
Pola inindustrilisasi di negara yang menerapkan kebijakan subtitusi impor dan kebijakan perdagangan luar negri yang protektif berbeda dengan di negara yang menerapkan kebijakan promosi ekspor dalam mendukung industrinya.

2.6 Permasalahan Industrialisasi
Kendala bagi pertumbuhan industri di dalam negeri adalah ketergantungan terhadap bahan baku serta komponen impor. Mesproduksi yang sudah tua juga menjadi hambatan bagi peningkatan produktivitas dan efisiensi. Permasalahan-permasalahan tersebut telah menurunkan daya saing industri dalam negeri. Kementerian Perindustrian telah mengidentifikasinya responsnya adalah dibuat Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri.
Masalah dalam industri manufaktur nasional:
1.    Kelemahan struktural
ü  Terbatas pada empat produk (kayu lapis, pakaian jadi, tekstil & alas kaki)
ü  Pasar tekstil dan pakaian jadi terbatas pada beberapa negara: USA, Kanada, Turki dan Norwegia, USA, Jepang dan Singapura mengimpor 50% dari total ekspor tekstil pakaian jadi dari Indonesia.
ü  Produk penyumbang 80% dari ekspor manufaktur indonesia masih mudah terpengaruh oleh perubahan permintaan produk di pasar terbatas
ü  Produk manufaktur terpilih padat karya mengalami penurunan harga muncul pesaing baru seperti cina dan vietman
ü  Produk manufaktur tradisional menurun daya saingnya sbg akibat factor internal seperti tuntutan kenaikan upah
2.    Ketergantungan impor sangat tinggi
·         Nilai impor bahan baku komponen input perantara masih tinggi diatas 45%.
·         Industri padat karya seperti tekstil, pakaian jadi dan kulit bergantung kepada impor bahan baku, komponen dan input perantara  masih tinggi.
·         Pengembangan produk dengan merek sendiri dan pembangunan jaringan pemasaran masih terbatas.


3.    Tidak ada industri berteknologi menengah
v  Kontribusi industri berteknologi menengah seperti logam, karet, plastik dan semen terhadap pembangunan sektor industri manufaktur menurun tahun 1985 -1997.
v  Kontribusi produk padat modal seperti material dari plastik, karet, pupuk, kertas, besi dan baja terhadap ekspor menurun 1985 –1 997
v  Produksi produk dengan teknologi rendah berkembang pesat.
4.    Kelemahan organisasi
·         Industri kecil dan menengah masih terbelakang produktivtas rendah.
·         Konsentrasi Pasar.
·         Kapasitas menyerap dan mengembangkan teknologi masih lemah.
·         SDM yang lemah.

3.7 Strategi Pembangunan Sektor Industri
a)   Strategi Pokok
·        Memperkuat keterkaitan pada semua tingkatan rantai nilai (value chain) dari industri termasuk kegiatan dari industri pendukung (supporting industries), industri terkait (related industries), industri penyedia infrasturktur dan industri jasa penunjang lainnya. Keterkaitan ini dikembangkan sebagai upaya untuk membangunan jaringan industri (networking) dan meningkatkan daya saing yang mendorong inovasi.
·        Meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai dengan membangun kompetensi inti.
·        Meningkatkan produktivitas, efisiensi dan jenis sumber daya yang digunakan dalam industri dan memfokuskan pada penggunaan sumber daya terbarukan (green product).

b)   Strategi Operasional
1.     Pengembangan Lingkungan Bisnis yang nyaman dan kondusif
-       Bekerjasama dengan instansi terkait untuk mengembangkan Prasarana dan Sarana fisik didaerah-daerah yang prospek industrinya potensial ditumbuhkan, antara lain jalan, jembatan, pelabuhan, jaringan tenaga listrik, bahan bakar, jasa angkutan dan lain-lain.
-       Mendorong pengembangan SDM Industri, khususnya di dibidang Teknik Produksi dan Manajemen Bisnis.
-       Mengembangkan kebijakan sistem insentif yang efektif, edukatif, selektif dan atraktif.
2.    Fokus pengembangan industri dilakukan dengan mendorong pertumbuhan klaster industri prioritas
Penentuan industri prioritas dilakukan melalui analisis daya saing internasional serta pertimbangan besarnya potensi indonesia yang dapat digunakan dalam rangka menumbuhkan industri. Dalam jangka panjang pengembangan industri diarahkan pada penguatan, pendalaman dan pertumbuhan klaster pada kelompok industri:
1). Industri Argo
2). Industri Alat Angkut
3). Industri Telematika
4). Basis Industri Manufaktur
5). Industri Kecil dan Menengah Tertentu.
     3. Penetapan prioritas persebaran
Pembangunan industri ke daerah-daerah mendekati sumber bahan baku agar efisiensi yang kegiatan industrinya belum banyak berkembang, di daerah luar Pulau Jawa khususnya di Kawasan Timur Indonesia dan daerah perbatasan (prioritas eco-regional).
4.Pengembangan kemampuan inovasi khususnya dibidang Teknologi Industri dan Manajemen.





BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
                  Pembangunan ekonomi daerah otonom adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut. Industrialisasi dalam konteks globalisasi saat ini telah diketahui yakni meningkatkan produktivitas melalui peningkatan efisiensi. Sudut pandang kepentingan perekonomian suatu bangsa industrialisasi memang penting bagi kelangsungan pertumbuhan ekonomi tinggi dan stabilitas. Namun industrialisasi bukanlah tujuan akhir melainkan hanya merupakan salah satu strategi yang harus ditempuh untuk mendukung proses pembangunan ekonomi guna mencapai tingkat pendapatan perkapita tinggi. Meskipun pelaksanaannya sangat bervariasi antar negara periode industrialisasi merupakan tahapan logis dalam proses perubahan struktur ekonomi.














Referensi
-      Suwarsono, Alvyn Y. So. 2006. Perubahan Sosial dan Pembangunan. Jakarta: Pustaka LP3ES.
-      http://mariyammariya.blogspot.co.id/2015/04/strategi-pembangunan-sektor-industri.html


 Pembangunan Ekonomi Daerah Otonomi Daerah dan Industrialisasi di Indonesia.


Disusun oleh
Kelas : 1EB17
Kelompok 2

Nama Anggota :
1.    Ayu Hana Yolanda                                            (21216235)
2.    Brando Arimatea Elsaday                                (21216477)
3.    Cynthia Wahyu Rahmadeti                            (21216656)
4.    Dhea Avricia Caniago                                      (21216921)
5.    Dina Lestari                                                        (22216075)




BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Ketimpangan antar daerah ini membawa implikasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat antar daerah. Karena aspek ketimpangan pembangunan antar daerah ini juga mempunyai implikasi pula terhadap formulasi kebijakan pembangunan daerah yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.Ketimpangan pembangunan antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Ketimpangan pembangunan antar daerah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Ketimpangan ini pada dasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan kandungan sumberdaya alam dan perbedaan kondisi geografi yang terdapat pada masing – masing daerah.
Industrialisasi merupakan proses menjadi industri dengan mempercepat hasil produksi dalam segala segi kehidupan. Sehingga dengan adanya industri, yang cepat menimbulkan sesuatu yang hilang atau bergeser yaitu norma-norma dalam masyarakat. Industrilisasi merupakan usaha pemerintah untuk pemenuhan kebutuhan .Industri adalah pembangunan ekonomi melalui transformasi sumber daya atau kuantitas energi yang digunakan. Pada dasarnya manusia secara hakiki bersifat industrial karena manusia senantiasa menggunakan berbagai alat untuk memenuhi kebutuhannya. Selain itu manusia juga merupakan makhluk yang membuat alat atau yang disebut juga dengan makhluk yang membagi alat atau disebut juga dengan manusia kerja (homofaber). Oleh karena itu industri senantiasa dilakukan manusia untuk mempertahankan hidupnya dengan bantuan alat-alatt ersebut. Industrialisasi memberi input kepada masyarakat sehingga membentuk sikap dan tingkah laku yang bercermin dalam bekerja.


1.2       Rumusan Masalah
1.    Faktor penyebab Ketimpangan Pembangunan Daerah.
2.    Pembangunan Indonesia Bagian Timur.
3.    Teori dan analisis Pembangunan Indonesia.
4.    Konsep dan tujuan industrialisasi.
5.    Faktor-faktor Pendorong Industrialisasi
6.    Perkembangan Sektor Industri Manufaktur Nasional.
7.    Permasalahan Industrialisasi.
8.    Strategi Pembangunan Sektor Industri.

1.3 Tujuan Masalah
Mahasiswa dapat mengetahui memahami Pembangunan Ekonomi Daerah Otonomi Daerah dan Industrialisasi di Indonesia.

1.4       Metode Penulisan
-       Metode Sekunder
Metode yang saya gunakan adalah Metode Sekunder. Yang di maksud dengan metode sekunder adalah metode yang menghubungkan data-data yang sudah ada. Sesuai dengan pengertian tersebut kami menghubungkan data-data yang kami dapat antara yang satu dengan yang lain. Selain itu, kami juga menghubungkan data-data yang ada dengan landasan teori yang kami gunakan.







BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Faktor-faktor penyebab ketimpangan pembangunan daerah
1. Konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah
Pertumbuhan ekonomi akan cenderung lebih cepat pada suatu daerah dimana konsentrasi kegiatan ekonominya cukup besar. Kondisi inilah yang selanjutnya akan mendorong proses pembangunan daerah melalui peningkatan penyediaan lapangan kerja dan tingkat pendapatan masyarakat.
2. Perbedaan kondisi demografis
Perbedaan kondisi demografis meliputi perbedaan tingkat pertumbuhan dan struktur kependudukan, perbedaan tingkat pendidikan dan kesehatan, perbedaan kondisi ketenagakerjaan dan perbedaan dalam tingkah laku dan kebiasaan serta etos kerja yang dimiliki masyarakat daerah bersangkutan. Kondisi demografis akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja masyarakat setempat. Daerah dengan kondisi demografis yang baik akan cenderung mempunyai produktivitas kerja yang lebih tinggi sehingga hal ini akan mendorong peningkatan investasi yang selanjutnya akan meningkatkan penyediaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.
3. Alokasi dana pembangunan antar wilayah
Alokasi dana ini bisa berasal dari pemerintah maupun swasta. Pada sistem pemerintahan otonomi maka dana pemerintah akan lebih banyak dialokasikan ke daerah sehingga ketimpangan pembangunan antar wilayah akan cenderung lebih rendah. Untuk investasi swasta lebih banyak ditentukan oleh kekuatan pasar. Dimana keuntungan lokasi yang dimiliki oleh suatu daerah merupakan kekuatan yang berperan banyak dalam menark investasi swasta. Keuntungan lokasi ditentukan oleh biaya transpor baik bahan baku dan hasil produksi yang harus dikeluarkan pengusaha perbedaan upah buruh, konsentrasi pasar, tingkat persaingan usaha dan sewa tanah. Oleh karena itu investai akan cenderung lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan.
4. Kurang lancarnya mobilitas barang dan jasa
Mobilitas barang dan jasa meliputi kegiatan perdagangan antar daerah dan migrasi baik yang disponsori pemerintah (transmigrasi) atau migrasi spontan. Alasannya adalah apabila mobilitas kurang lancar maka kelebihan produksi suatu daerah tidak dapat di jual ke daerah lain yang membutuhkan. Akibatnya adalah ketimpangan pembangunan antar wilayah akan cenderung tinggi sehingga daerah terbelakang sulit mendorong proses pembangunannya.
5. Perbedaan kandungan sumber daya alam
Perbedaan kandungan sumber daya alam akan mempengaruhi kegiatan produksi pada daerah bersangkutan. Daerah dengan kandungan sumber daya alam cukup tinggi akan dapat memproduksi barang-barang tertentu dengan biaya relatif murah dibandingkan dengan daerah lain yang mempunyai kandungan sumber daya alam lebih rendah. Kondisi ini mendorong pertumbuhan ekonomi daerah bersangkutan menjadi lebih cepat. Sedangkan daerah lain yang mempunyai kandungan sumber daya alam lebih kecil hanya akan dapat memproduksi barang-barang dengan biaya produksi lebih tinggi sehingga daya saingnya menjadi lemah. Kondisi tersebut menyebabkan daerah bersangkutan cenderung mempunyai pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat.

2.2 Pembangunan Indonesia Bagian Timur
Pembangunan infrastruktur di Indonesia mengalami pasang surut terutama saat Indonesia dilanda krisis ekonomi. Pembangunan infrastruktur mengalami hambatan pembiayaan karena sampai sejauh ini, titik berat pembangunan masih difokuskan pada investasi sektor- sektor yang dapat menghasilkan perputaran uang (cash money) yang tinggi dengan argumentasi bahwa hal itu diperlukan guna memulihkan perekonomian nasional. Hasil pembangunan ekonomi nasional selama pemerintahan orde baru menunjukkan bahwa walaupun secara nasional laju pertumbuhan ekonomi nasional rata-rata per tahun tinggi namun pada tingkat regional proses pembangunan selama itu telah menimbulkan suatu ketidak seimbangan pembangunan yang menyolok antara indonesia bagian barat dan indonesia bagian timur. Dalam berbagai aspek pembangunan ekonomi dan sosial, indonesia bagian timur jauh tertinggal dibandingkan indonesia bagian barat.
Ruang lingkup dari penyusunan strategi ini mencakup seluruh aspek potensi ekonomi wilayah Indonesia Timur sebagai rumusan strategis pembangunan infrastruktur nasional, baik berdasarkan subsektor jenis infrastruktur dan maupun tipologi kewilayahan dengan basis pendekatan potensi. Penyusunan strategi pembangunan dan pembiayaan infrastruktur kawasan timur Indonesia diharapkan dapat menghasilkan Master Plan di bidang infrastruktur yang akan mendukung skenario pembangunan era baru ekonomi Indonesia di masa yang akan datang.
Pembanguanan ekonomi di Indonesia bagian timur juga menghadapai berbagai macam tantangan yang apabila dapat diantisipasi dengan persiapan yang baik bisa berubah menjadi peluang besar. Salah satu peluang besar yang akan muncul di masa mendatang adalah akibat liberalisasi perdagangan dan investasi dunia (paling cepat adalah era AFTA tahun 2003). Liberalisasi ini akan membuka peluang bagi IBT seperti juga IBB untuk mengembangkan aktivitas ekonomi dan perdagangna yang ada di daerahnya masing- masing.
Kelemahan Wilayah Indonesia Bagian Timur 
1.    Kualitas sumber daya manuasia yang masih rendah.
2.    Keterbatasan sarana infrastruktur.
3.    Kapasitas kelembagaan pemerintah dan publik masih lemah.
4.    Partisipasi masyarakat dalam pembangunan masih rendah.
Keunggulan wilayah Indonesia Bagian Timur 
1.    Kekayaan sumber daya alam.
2.    Posisi geografis yang strategis.
3.    Potensi lahan pertanian yang cukup luas. 
4.    Potensi sumber daya manusia.

2.3 Teori dan Analisis Pembangunan Indonesia
Teori-teori pembangunan dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu teori modernisasi, tahap dependensi dan teori sistem dunia. Pada tahap pertama, muncul teori modernisasi. Teori ini muncul di Amerika Serikat yang mengaplikasikannya dalam program Marshal Plan. Teori modern dibagi menjadi teori modern klasik dan teori modern baru. Teori modern klasik memberikan pembenaran mengenai hubungan yang bertolak belakang antara masyarakat tradisional dan modern. Teori ini menyoroti bahwa negara dunia ketiga merupakan negara terbelakang dengan masyarakat tradisionalnya. Sementara negara-negara Barat dilihat sebagai negara modern. Teori ini memberikan saran bahwa negara-negara berkembang harus meninggalkan nilai-nilai tradisionalnya agar dapat keluar dari berbagai permasalahan, seperti kemiskinan. Teori ini juga menilai ideologi komunisme sebagai ancaman pembangunan negara Dunia Ketiga. Satu hal yang menonjol dari teori modernisasi klasik ini adalah, modernisasi lebih menekankan faktor internal sebagai akibat dari masalah dalam masyarakat itu sendiri.
Teori dependensi menitikberatkan pada persoalan keterbelakangan dan pembangunan negara Dunia Ketiga. Teori ini mewakili suara negara-negara pinggiran untuk menantang hegemoni ekonomi, politik, budaya dan intelektual dari negara maju. Teori ini menyatakan bahwa karena sentuhan modernisasi itulah negara-negara dunia ketiga kemudian mengalami kemunduran (keterbelakangan). Secara ekstrim dikatakan bahwa kemajuan atau kemakmuran dari negara-negara maju pada kenyataannya menyebabkan keterbelakangan dari negara-negara lainnya. Hal ini dilihat dari kegagalan program dari Komisi Ekonomi PBB untuk Amerika Latin (KEPBBAL) pada awal 1960-an. Program ini dimulai tahun 1950-an saat banyak negara Amerika Latin menerapkan strategi pembangunan yang menitikberatkan pada proses industrialisasi melalui program Industrialisasi Substitusi Import (ISI). Strategi pembangunan tersebut diterapkan dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dan pemerataan hasil pembangunan.
Teori terakhir adalah teori sistem dunia teori ini memiliki pandangan bahwa dunia merupakan sebuah sistem yang sangat kuat yang mencakup seluruh negara di dunia yaitu sistem kapitalisme. Di dalam teori ini adanya bentuk hubungan negara dalam sistem dunia yang terbagi dalam tiga bentuk negara yaitu negara sentral, negara semi pinggiran dan negara pinggiran. Ketiga bentuk negara tersebut terlibat dalam hubungan yang harmonis secara ekonomis dan kesemuanya memiliki tujuan untuk menuju pada bentuk negara sentral yang mapan secara ekonomi. Perubahan status negara pinggiran menuju negara semi pinggiran ditentukan oleh keberhasilan negara pinggiran dalam melaksanakan salah satu strategi pembangunan yaitu strategi menangkap dan memanfaatkan peluang, strategi promosi dengan undangan dan strategi berdiri di atas kaki sendiri. Sedangkan upaya negara semi pinggiran menuju negara sentral bergantung pada kemampuan negara semi pinggiran dalam melakukan perluasan pasar serta pengenalan teknologi modern.
Perbandingan antara Teori Dependensi dan Teori Sistem Dunia 
Elemen Perbandingan
Teori
Dependensi
Teori
Sistem Dunia
Unit Analisis
Negara-Bangsa
Sistem dunia
Metode Kajian
Historis structural
Dinamika sejarah dunia
Struktur Teori
Dua kutub
(sental-pinggiran)
Tiga kutub
(sentral-semi pinggiran-pinggiran)
Arah Pembangunan
Deterministik
Peluang terjadinya mobilitas
Arena Kajian
Negara pinggiran
Negara pinggiran, negara semi pinggiran dan sistem ekonomi dunia

2.4 Konsep dan Tujuan Industrialisasi
Awal konsep industrialisasi revolusi industry abad 18 di Inggris adalah dalam pemintalan dan produksi kapas yang menciptakan spesialisasi produksi. Selanjutnya penemuan baru pada pengolahan besi dan mesin uap sehingga mendorong inovasi baja,dan begitu seterusnya,inovasi-inovasi bar uterus bermunculan.industri merupakan salah satu strategi jangka panjang untuk menjamin pertumbuhan ekonomi. Industrialisasi merupakan salah satu strategi jangka panjang untuk menjamin pertumbuhan ekonomi. Hanya beberapa Negara dengan penduduk sedikit dan kekayaan alam melimpah seperti Kuwait dan libya ingin mencapai pendapatan yang tinggi tanpa industrialisasi.
       Tujuan industrialisasi itu sendiri adalah untuk memajukan sumber daya alam yang dimiliki oleh setiap Negara dengan didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dengan industrialisasi ini maka Negara berkembanga yang mampu memanfaatkannya dengan baik maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Negara tersebut.
Tujuan pembangunan industri nasional baik jangka menengah maupun jangka panjang ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan baik di sektor industri maupun untuk mengatasi permasalahan secara nasional yaitu :
1.      Meningkatkan penyerapan tenaga kerja industri.
2.      Meningkatkan ekspor Indonesia dan pember-dayaan pasar dalam negeri.
3.      Memberikan sumbangan pertumbuhan yang berarti bagi perekonomian.
4.      Mendukung perkembangan sektor infrastruktur.
5.      Meningkatkan kemampuan teknologi.
6.      Meningkatkan pendalaman struktur industri dan diversifikasi produk.
7.      Meningkatkan penyebaran industri.

2.5 Faktor-faktor Pendorong Industrialisasi
1. Keberadaan sumber daya alam (SDA)
Ada kecenderungan bahwa Negara-negara yang kaya SDA tingkat diversifikasi dan laju pertumbuhan ekonominya relatif lebih renda dan negara tersebut cenderung tidak atau terlambat melakukan industrilisasi atau prosesnya berjalan relatif lebih lambat dibanding negara-negara yang miskin SDA.
2. Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negri.
Suatu negara yang pada awal pembangunan ekonomi atau industriliasasinya sudah memiliki industri-industri primer atau hulu seperti besi dan baja, semen, perokimia dan industri-industri tengah seperti industri barang modal dan alat-alat produksi yang relatif kuat akan mengalami proses industrilisasi yang lebih pesat dibandingkan negara yang hanya memiliki indstri-industri hilir atau ringan.
3. Besarnya pasar dalam negri yang di tentukan oleh kombinasi antar jumlah populasi dan tingkat PN Rill per kapital.
Pasar dalam negri yang besar, seperti Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta orang merupakan salah satu faktor perangsang bai pertumbuhan kegiatan kegiatan ekonomi termasuk indusri karena pasar yang besar menjamin adanya skala ekonomi dan efisien dalam proses produksi jika pasar domestik kecil maka ekspor merupakan alternatif satu-satunya untuk mencapai produk oktimal.
4. Kebijakan strategi pemerintah
Pola inindustrilisasi di negara yang menerapkan kebijakan subtitusi impor dan kebijakan perdagangan luar negri yang protektif berbeda dengan di negara yang menerapkan kebijakan promosi ekspor dalam mendukung industrinya.

2.6 Permasalahan Industrialisasi
Kendala bagi pertumbuhan industri di dalam negeri adalah ketergantungan terhadap bahan baku serta komponen impor. Mesproduksi yang sudah tua juga menjadi hambatan bagi peningkatan produktivitas dan efisiensi. Permasalahan-permasalahan tersebut telah menurunkan daya saing industri dalam negeri. Kementerian Perindustrian telah mengidentifikasinya responsnya adalah dibuat Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri.
Masalah dalam industri manufaktur nasional:
1.    Kelemahan struktural
ü  Terbatas pada empat produk (kayu lapis, pakaian jadi, tekstil & alas kaki)
ü  Pasar tekstil dan pakaian jadi terbatas pada beberapa negara: USA, Kanada, Turki dan Norwegia, USA, Jepang dan Singapura mengimpor 50% dari total ekspor tekstil pakaian jadi dari Indonesia.
ü  Produk penyumbang 80% dari ekspor manufaktur indonesia masih mudah terpengaruh oleh perubahan permintaan produk di pasar terbatas
ü  Produk manufaktur terpilih padat karya mengalami penurunan harga muncul pesaing baru seperti cina dan vietman
ü  Produk manufaktur tradisional menurun daya saingnya sbg akibat factor internal seperti tuntutan kenaikan upah
2.    Ketergantungan impor sangat tinggi
·         Nilai impor bahan baku komponen input perantara masih tinggi diatas 45%.
·         Industri padat karya seperti tekstil, pakaian jadi dan kulit bergantung kepada impor bahan baku, komponen dan input perantara  masih tinggi.
·         Pengembangan produk dengan merek sendiri dan pembangunan jaringan pemasaran masih terbatas.


3.    Tidak ada industri berteknologi menengah
v  Kontribusi industri berteknologi menengah seperti logam, karet, plastik dan semen terhadap pembangunan sektor industri manufaktur menurun tahun 1985 -1997.
v  Kontribusi produk padat modal seperti material dari plastik, karet, pupuk, kertas, besi dan baja terhadap ekspor menurun 1985 –1 997
v  Produksi produk dengan teknologi rendah berkembang pesat.
4.    Kelemahan organisasi
·         Industri kecil dan menengah masih terbelakang produktivtas rendah.
·         Konsentrasi Pasar.
·         Kapasitas menyerap dan mengembangkan teknologi masih lemah.
·         SDM yang lemah.

3.7 Strategi Pembangunan Sektor Industri
a)   Strategi Pokok
·        Memperkuat keterkaitan pada semua tingkatan rantai nilai (value chain) dari industri termasuk kegiatan dari industri pendukung (supporting industries), industri terkait (related industries), industri penyedia infrasturktur dan industri jasa penunjang lainnya. Keterkaitan ini dikembangkan sebagai upaya untuk membangunan jaringan industri (networking) dan meningkatkan daya saing yang mendorong inovasi.
·        Meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai dengan membangun kompetensi inti.
·        Meningkatkan produktivitas, efisiensi dan jenis sumber daya yang digunakan dalam industri dan memfokuskan pada penggunaan sumber daya terbarukan (green product).

b)   Strategi Operasional
1.     Pengembangan Lingkungan Bisnis yang nyaman dan kondusif
-       Bekerjasama dengan instansi terkait untuk mengembangkan Prasarana dan Sarana fisik didaerah-daerah yang prospek industrinya potensial ditumbuhkan, antara lain jalan, jembatan, pelabuhan, jaringan tenaga listrik, bahan bakar, jasa angkutan dan lain-lain.
-       Mendorong pengembangan SDM Industri, khususnya di dibidang Teknik Produksi dan Manajemen Bisnis.
-       Mengembangkan kebijakan sistem insentif yang efektif, edukatif, selektif dan atraktif.
2.    Fokus pengembangan industri dilakukan dengan mendorong pertumbuhan klaster industri prioritas
Penentuan industri prioritas dilakukan melalui analisis daya saing internasional serta pertimbangan besarnya potensi indonesia yang dapat digunakan dalam rangka menumbuhkan industri. Dalam jangka panjang pengembangan industri diarahkan pada penguatan, pendalaman dan pertumbuhan klaster pada kelompok industri:
1). Industri Argo
2). Industri Alat Angkut
3). Industri Telematika
4). Basis Industri Manufaktur
5). Industri Kecil dan Menengah Tertentu.
     3. Penetapan prioritas persebaran
Pembangunan industri ke daerah-daerah mendekati sumber bahan baku agar efisiensi yang kegiatan industrinya belum banyak berkembang, di daerah luar Pulau Jawa khususnya di Kawasan Timur Indonesia dan daerah perbatasan (prioritas eco-regional).
4.Pengembangan kemampuan inovasi khususnya dibidang Teknologi Industri dan Manajemen.





BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
                  Pembangunan ekonomi daerah otonom adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut. Industrialisasi dalam konteks globalisasi saat ini telah diketahui yakni meningkatkan produktivitas melalui peningkatan efisiensi. Sudut pandang kepentingan perekonomian suatu bangsa industrialisasi memang penting bagi kelangsungan pertumbuhan ekonomi tinggi dan stabilitas. Namun industrialisasi bukanlah tujuan akhir melainkan hanya merupakan salah satu strategi yang harus ditempuh untuk mendukung proses pembangunan ekonomi guna mencapai tingkat pendapatan perkapita tinggi. Meskipun pelaksanaannya sangat bervariasi antar negara periode industrialisasi merupakan tahapan logis dalam proses perubahan struktur ekonomi.














Referensi
-      Suwarsono, Alvyn Y. So. 2006. Perubahan Sosial dan Pembangunan. Jakarta: Pustaka LP3ES.
-      http://mariyammariya.blogspot.co.id/2015/04/strategi-pembangunan-sektor-industri.html