1.Klamidia
Tipe: Bakterial
Cara Penularan: Hubungan seks vaginal dan anal.
Gejala: Sampai 75% kasus pada perempuan dan 25% kasus pada
laki-laki tidak menunjukkan gejala. Gejala yang ada meliputi keputihan
yang abnormal, dan rasa nyeri saat kencing baik pada laki-laki maupun
perempuan. Perempuan juga dapat mengalami rasa nyeri pada perut bagian
bawah atau nyeri saat hubungan seksual, pada laki-laki mungkin akan mengalami
pembengkakan atau nyeri pada testis.
Pengobatan: Infeksi dapat diobati dengan antibiotik. Namun
pengobatan tersebut tidak dapat menghilangkan kerusakan yang timbul sebelum
pengobatan dilakukan.
Konsekuensi yang mungkin terjadi
pada orang yang terinfeksi: Pada
perempuan, jika tidak diobati, sampai 30% akan mengalami Penyakit Radang
Panggul (PRP) yang pada gilirannya dapat menyebabkan kehamilan ektopik,
kemandulan dan nyeri panggul kronis. Pada laki-laki, jika tidak diobati,
klamidia akan menyebabkan epididymitis, yaitu sebuah peradangan pada testis
(tempat di mana sperma disimpan), yang mungkin dapat menyebabkan
kemandulan. Individu yang terinfeksi akan berisiko lebih tinggi untuk
terinfeksi HIV jika terpapar virus tersebut.
Konsekuensi yang mungkin terjadi
pada janin dan bayi baru lahir:
lahir premature, pneumonia pada bayi dan infeksi mata pada bayi baru lahir yang
dapat terjadi karena penularan penyakit ini saat proses persalinan.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seksual secara vaginal maupun anal
dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100%
efektif. Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama
sekali risiko tertular penyakit ini.
2.Gonore
Tipe: Bakterial
Cara penularan: Hubungan seks vaginal, anal dan oral.
Gejala: Walaupun beberapa kasus tidak menunjukkan gejala, jika
gejala muncul, sering hanya ringan dan muncul dalam 2-10 hari setelah
terpapar. Gejala-gejala meliputi discharge dari penis, vagina,
atau rektum dan rasa panas atau gatal saat buang air kecil.
Pengobatan: Infeksi dapat disembuhkan dengan antibiotik.
Namun tidak dapat menghilangkan kerusakan yang timbul sebelum pengobatan
dilakukan.
Konsekuensi yang mungkin timbul pada
orang yang terinfeksi: Pada
perempuan jika tidak diobati, penyakit ini merupakan penyebab utama Penyakit Radang
Panggul, yang kemudian dapat menyebabkan kehamilan ektopik, kemandulan dan
nyeri panggul kronis. Dapat menyebabkan kemandulan pada pria.
Gonore yang tidak diobati dapat menginfeksi sendi, katup jantung dan/atau otak.
Konsekuensi yang mungkin timbul pada
janin dan bayi baru lahir: Gonore
dapat menyebabkan kebutaan dan penyakit sistemik seperti meningitis dan
arthritis sepsis pada bayi yang terinfkesi pada proses persalinan. Untuk
mencegah kebutaan, semua bayi yang lahir di rumah sakit biasanya diberi tetesan
mata untuk pengobatan gonore.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan
oral dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara yang 100% efektif
untuk pencegahan. Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan
sama sekali risiko penularan penyakit ini.
3.Hepatitis
B (HBV)
Tipe: Viral
Cara Penularan: Hubungan seks vaginal, oral dan khususnya anal; memakai
jarum suntik bergantian; perlukaan kulit karena alat-alat medis dan kedokteran
gigi; melalui transfusi darah.
Gejala: Sekitar sepertiga penderita HBV tidak menunjukkan
gejala. Gejala yang muncul meliputi demam, sakit kepala, nyeri otot,
lemah, kehilangan nafsu makan, muntah dan diare. Gejala-gejala yang
ditimbulkan karena gangguan di hati meliputi air kencing berwarna gelap, nyeri
perut, kulit menguning dan mata pucat.
Pengobatan: Belum ada pengobatan. Kebanyakan infeksi bersih
dengan sendirinya dalam 4-8 minggu. Beberapa orang menjadi terinfeksi
secara kronis.
Konsekuensi yang mungkin timbul pada
orang yang terinfeksi: Untuk
orang-orang yang terinfeksi secara kronis, penyakit ini dapat berkembang menjadi
cirrhosis, kanker hati dan kerusakan sistem kekebalan.
Konsekuensi yang mungkin timbul pada
janin dan bayi baru lahir: Perempuan
hamil dapat menularkan penyakit ini pada janin yang dikandungnya. 90%
bayi yang terinfeksi pada saat lahir menjadi karier kronik dan berisiko untuk
tejadinya penyakit hati dan kanker hati. Mereka juga dapat menularkan
virus tersebut. Bayi dari seorang ibu yang terinfeksi dapat diberi
immunoglobulin dan divaksinasi pada saat lahir, ini berpotensi untuk menghilangkan
risiko infeksi kronis.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks dengan orang yang terinfeksi
khususnya seks anal, di mana cairan tubuh, darah, air mani dan secret vagina
paling mungkin dipertukarkan adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100%
efektif mencegah penularan virus hepatitis B melalui hubungan seks.
Kondom dapat menurunkan risiko tetapi tidak dapat sama sekali menghilangkan
risiko untuk tertular penyakit ini melalui hubungan seks. Hindari
pemakaian narkoba suntik dan memakai jarum suntik bergantian. Bicarakan
dengan petugas kesehatan kewaspadaan yang harus diambil untuk mencegah
penularan Hepatitis B, khususnya ketika akan menerima tranfusi produk darah
atau darah. Vaksin sudah tersedia dan disarankan untuk orang-orang yang
berisiko terkena infeksi Hepatitis B. Sebagai tambahan, vaksinasi
Hepatitis B sudah dilakukan secara rutin pada imunisasi anak-anak sebagaimana
direkomendasikan oleh the American Academy of Pediatrics.
4.Herpes
Genital (HSV-2)
Tipe: Viral
Cara Penularan: Herpes menyebar melalui kontak seksual antar kulit dengan
bagian-bagian tubuh yang terinfeksi saat melakukan hubungan seks vaginal, anal
atau oral. Virus sejenis dengan strain lain yaitu Herpes Simplex Tipe 1
(HSV-1) umumnya menular lewat kontak non-seksual dan umumnya menyebabkan luka
di bibir. Namun, HSV-1 dapat juga menular lewat hubungan seks oral dan
dapat menyebabkan infeksi alat kelamin.
Gejala-gejala: Gejala-gejala biasanya sangat ringan dan mungkin meliputi
rasa gatal atau terbakar; rasa nyeri di kaki, pantat atau daerah kelamin; atau
keputihan. Bintil-bintil berair atau luka terbuka yang terasa nyeri juga
mungkin terjadi, biasanya di daerah kelamin, pantat, anus dan paha, walaupun
dapat juga terjadi di bagian tubuh yang lain. Luka-luka tersebut akan sembuh
dalam beberapa minggu tetapi dapat muncul kembali.
Pengobatan: Belum ada pengobatan untuk penyakit ini. Obat anti
virus biasanya efektif dalam mengurangi frekuensi dan durasi (lamanya) timbul
gejala karena infeksi HSV-2.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi
pada Orang yang Terinfeksi: Orang
yang terinfeksi dan memiliki luka akan meningkat risikonya untuk terinfeksi HIV
jika terpapar sebab luka tersebut menjadi jalan masuk virus HIV.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi
pada Janin dan Bayi: Perempuan yang mengalami episode
pertama dari herpes genital pada saat hamil akan memiliki risiko yang lebih
tinggi untuk terjadinya kelahiran prematur. Kejadian akut pada masa
persalinan merupakan indikasi untuk dilakukannya persalinan dengan operasi
cesar sebab infeksi yang mengenai bayi yang baru lahir akan dapat menyebabkan
kematian atau kerusakan otak yang serius.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral
dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100%
efektif mencegah penularan virus herpes genital melalui hubungan seks.
Kondom dapat mengurangi risiko tetapi tidak dapat samasekali menghilangkan
risiko tertular penyakit ini melalui hubungan seks. Walaupun memakai
kondom saat melakukan hubungan seks, masih ada kemungkinan untuk tertular
penyakit ini yaitu melalui adanya luka di daerah kelamin.
5.HIV/AIDS
Tipe: Viral
Cara Penularan: Hubungan seks vaginal, oral dan khususnya anal; darah atau
produk darah yang terinfeksi; memakai jarum suntik bergantian pada pengguna
narkoba; dan dari ibu yang terinfeksi kepada janin dalam kandungannya, saat
persalinan, atau saat menyusui.
Gejala-gejala: Beberapa orang tidak mengalami gejala saat terinfeksi
pertama kali. Sementara yang lainnya mengalami gejala-gejala seperti flu,
termasuk demam, kehilangan nafsu makan, berat badan turun, lemah dan
pembengkakan saluran getah bening. Gejala-gejala tersebut biasanya
menghilang dalam seminggu sampai sebulan, dan virus tetap ada dalam kondisi
tidak aktif (dormant) selama beberapa tahun. Namun, virus tersebut secara
terus menerus melemahkan sistem kekebalan, menyebabkan orang yang terinfeksi
semakin tidak dapat bertahan terhadap infeksi-infeksi oportunistik.
Pengobatan: Belum ada pengobatan untuk infeksi ini. Obat-obat
anti retroviral digunakan untuk memperpanjang hidup dan kesehatan orang yang
terinfeksi. Obat-obat lain digunakan untuk melawan infeksi oportunistik
yang juga diderita.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi
pada Orang yang Terinfeksi: Hampir
semua orang yang terinfeksi HIV akhirnya akan menjadi AIDS dan meninggal karena
komplikasi-komplikasi yang berhubungan dengan AIDS.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi
pada Janin dan Bayi: 20-30% dari bayi yang lahir dari
ibu yang terinfeksi HIV akan terinfeksi HIV juga dan gejala-gejala dari AIDS
akan muncul dalam satu tahun pertama kelahiran. 20% dari bayi-bayi yang
terinfeksi tersebut akan meninggal pada saat berusia 18 bulan. Obat
antiretroviral yang diberikan pada saat hamil dapat menurunkan risiko janin
untuk terinfeksi HIV dalam proporsi yang cukup besar.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seksual dengan orang yang
terinfeksi, khususnya hubungan seks anal, di mana cairan tubuh, darah, air mani
atau secret vagina paling mungkin dipertukarkan, adalah satu-satunya cara yang
100% efektif untuk mencegah penularan HIV melalui hubungan seks. Kondom
dapat menurunkan risiko penularan tetapi tidak menghilangkan sama sekali
kemungkinan penularan. Hindari pemakaian narkoba suntik dan saling
berbagi jarum suntik. Diskusikan dengan petugas kesehatan tindakan kewaspadaan
yang harus dilakukan untuk mencegah penularan HIV, terutama saat harus menerima
transfusi darah maupun produk darah.
6.Human
Papilloma Virus (HPV)
Tipe: Viral
Cara Penularan: Hubungan seksual vaginal, anal atau oral.
Gejala-gejala: Tonjolan yang tidak sakit, kutil yang menyerupai bunga kol
tumbuh di dalam atau pada kelamin, anus dan tenggorokan.
Pengobatan: Tidak ada pengobatan untuk penyakit ini. Kutil dapat
dihilangkan dengan cara-cara kimia, pembekuan, terapi laser atau bedah.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi
pada Orang yang Terinfeksi: HPV
adalah virus yang menyebabkan kutil kelamin. Beberapa strains dari virus
ini berhubungan kuat dengan kanker serviks sebagaimana halnya juga dengan
kanker vulva, vagina, penis dan anus. Pada kenyataannya 90% penyebab
kanker serviks adalah virus HPV. Kanker serviks ini menyebabkan kematian
5.000 perempuan Amerika setiap tahunnya.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi
pada Janin dan Bayi: Pada bayi-bayi yang terinfeksi
virus ini pada proses persalinan dapat tumbuh kutil pada tenggorokannya yang
dapat menyumbat jalan nafas sehingga kutil tersebut harus dikeluarkan.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral
dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100%
efektif mencegah penularan. Kondom hampir tidak berfungsi sama sekali
dalam mencegah penularan virus ini melalui hubungan seks.
7.Sifilis
Tipe: Bakterial
Cara Penularan: Cara penularan yang paling umum adalah hubungan seks
vaginal, anal atau oral. Namun, penyakit ini juga dapat ditularkan
melalui hubungan non-seksual jika ulkus atau lapisan mukosa yang disebabkan
oleh sifilis kontak dengan lapisan kulit yang tidak utuh dengan orang yang
tidak terinfeksi.
Gejala-gejala: Pada fase awal, penyakit ini menimbulkan luka yang tidak
terasa sakit atau “chancres” yang biasanya muncul di daerah kelamin tetapi
dapat juga muncul di bagian tubuh yang lain, jika tidak diobati penyakit akan
berkembang ke fase berikutnya yang dapat meliputi adanya gejala ruam kulit,
demam, luka pada tenggorokan, rambut rontok dan pembengkakan kelenjar di
seluruh tubuh.
Pengobatan: Penyakit ini dapat diobati dengan penisilin; namun,
kerusakan pada organ tubuh yang telah terjadi tidak dapat diperbaiki.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi
pada Orang yang Terinfeksi: Jika
tidak diobati, sifilis dapat menyebabkan kerusakan serius pada hati, otak,
mata, sistem saraf, tulang dan sendi dan dapat menyebabkan kematian.
Seorang yang sedang menderita sifilis aktif risikonya untuk terinfeksi HIV jika
terpapar virus tersebut akan meningkat karena luka (chancres) merupakan pintu
masuk bagi virus HIV.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi
pada Janin dan Bayi: Jika tidak diobati, seorang ibu
hamil yang terinfeksi sifilis akan menularkan penyakit tersebut pada janin yang
dikandungnya. Janin meninggal di dalam dan meninggal pada periode
neonatus terjadi pada sekitar 25% dari kasus-kasus ini. 40-70% melahirkan
bayi dengan sifilis aktif. Jika tidak terdeteksi, kerusakan dapat terjadi
pada jantung, otak dan mata bayi.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral
dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100%
efektif mencegah penularan sifilis melalui hubungan seksual. Kondom dapat
mengurangi tetapi tidak menghilangkan risiko tertular penyakit ini melalui
hubungan seks. Masih ada kemungkinan tertular sifilis walaupun memakai
kondom yaitu melalui luka yang ada di daerah kelamin. Usaha untuk
mencegah kontak non-seksual dengan luka, ruam atau lapisan bermukosa karena
adanya sifilis juga perlu dilakukan.
8.Trikomoniasis
Tipe: Disebabkan oleh protozoa Trichomonas vaginalis.
Prevalensi: Trikomoniasis adalah PMS yang dapat diobati yang paling
banyak terjadi pada perempuan muda dan aktif seksual. Diperkirakan, 5
juta kasus baru terjadi pada perempuan dan laki-laki.
Cara Penularan: Trikomoniasis menular melalui kontak seksual. Trichomonas
vaginalis dapat bertahan hidup pada benda-benda seperti baju-baju yang dicuci,
dan dapat menular dengan pinjam meminjam pakaian tersebut.
Gejala-gejala: Pada perempuan biasa terjadi keputihan yang banyak,
berbusa, dan berwarna kuning-hijau. Kesulitan atau rasa sakit pada saat
buang air kecil dan atau saat berhubungan seksual juga sering terjadi.
Mungkin terdapat juga nyeri vagina dan gatal atau mungkin tidak ada gejala sama
sekali. Pada laki-laki mungkin akan terjadi radang pada saluran kencing,
kelenjar, atau kulup dan/atau luka pada penis, namun pada laki-laki umumnya
tidak ada gejala.
Pengobatan: Penyakit ini dapat disembuhkan. Pasangan seks juga
harus diobati.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi
pada Orang yang Terinfeksi: Radang
pada alat kelamin pada perempuan yang terinfeksi trikomoniasis mungkin juga
akan meningkatkan risiko untuk terinfeksi HIV jika terpapar dengan virus
tersebut. Adanya trikomoniasis pada perempuan yang juga terinfeksi HIV
akan meningkatkan risiko penularan HIV pada pasangan seksualnya.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi
pada Janin dan Bayi: Trikomoniasis pada perempuan hamil
dapat menyebabkan ketuban pecah dini dan kelahiran prematur.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal dengan orang
yang terinfeksi adalah satu-satu cara pencegahan yang 100% efektif mencegah
penularan trikomoniasis melalui hubungan seksual. Kondon dan berbagai
metode penghalang sejenis yang lain dapat mengurangi tetapi tidak menghilangkan
risiko untuk tertular penyakit ini melalui hubungan seks. Hindari untuk
saling pinjam meminjam handuk atau pakaian dengan orang lain untuk mencegah
penularan non-seksual dari penyakit ini.
Setiap perbuatan yang kita lakukan
tentu mengandung resiko dalam tingkatan tertentu. Perilaku seksual tidak
terkecuali. Salah satu resiko dari melakukan hubungan seksual adalah
kemungkinan terjangkit PMS atau Penyakit Menular Seksual. Berikut ini akan
dipaparkan sepuluh faktor resiko teratas yang berpengaruh pada peluang Anda
terkena PMS.
1. Seks tanpa pelindung
Meski kondom tidak seratus persen melindungi Anda, ia tetap merupakan cara terbaik untuk menghindarkan Anda dari infeksi. Penggunaan kondom dapat menurunkan laju penularan PMS. Selain selibat, penggunaan kondom yang konsisten adalah proteksi terbaik terhadap PMS. Biasakanlah memakai kondom.
Meski kondom tidak seratus persen melindungi Anda, ia tetap merupakan cara terbaik untuk menghindarkan Anda dari infeksi. Penggunaan kondom dapat menurunkan laju penularan PMS. Selain selibat, penggunaan kondom yang konsisten adalah proteksi terbaik terhadap PMS. Biasakanlah memakai kondom.
2. Berganti-ganti pasangan
Anda tidak perlu belajar matematika untuk mengetahui bahwa semakin banyak pasangan seksual Anda, kian besar kemungkinan Anda terekspos suatu PMS. Apalagi, orang yang suka berganti pasangan cenderung memilih pasangan yang suka berganti pasangan pula. Jadi, Anda tidak lepas dari pasangan-pasangannya pasangan Anda.
Anda tidak perlu belajar matematika untuk mengetahui bahwa semakin banyak pasangan seksual Anda, kian besar kemungkinan Anda terekspos suatu PMS. Apalagi, orang yang suka berganti pasangan cenderung memilih pasangan yang suka berganti pasangan pula. Jadi, Anda tidak lepas dari pasangan-pasangannya pasangan Anda.
3. Mulai aktif secara seksual pada
usia dini
Kaum muda lebih besar kemungkinannya untuk terkena PMS daripada orang yang lebih tua. Ada beberapa alasannya, yaitu wanita muda khususnya lebih rentan terhadap PMS karena tubuh mereka lebih kecil dan belum berkembang sempurna sehingga lebih mudah terinfeksi. Kaum muda juga tampaknya lebih jarang pakai kondom, terlibat perilaku seksual beresiko dan berganti-ganti pasangan.
Kaum muda lebih besar kemungkinannya untuk terkena PMS daripada orang yang lebih tua. Ada beberapa alasannya, yaitu wanita muda khususnya lebih rentan terhadap PMS karena tubuh mereka lebih kecil dan belum berkembang sempurna sehingga lebih mudah terinfeksi. Kaum muda juga tampaknya lebih jarang pakai kondom, terlibat perilaku seksual beresiko dan berganti-ganti pasangan.
4. Pengggunaan alkohol
Konsumsi alkohol dapat berpengaruh terhadap kesehatan seksual. Orang yang biasa minum alkohol bisa jadi kurang selektif memilih pasangan seksual dan menurunkan batasan. Alkohol dapat membuat seseorang sukar memakai kondom dengan benar maupun sulit meminta pasangannya menggunakan kondom.
Konsumsi alkohol dapat berpengaruh terhadap kesehatan seksual. Orang yang biasa minum alkohol bisa jadi kurang selektif memilih pasangan seksual dan menurunkan batasan. Alkohol dapat membuat seseorang sukar memakai kondom dengan benar maupun sulit meminta pasangannya menggunakan kondom.
5. Penyalahgunaan obat
Prinsipnya mirip dengan alkohol, orang yang berhubungan seksual di bawah pengaruh obat lebih besar kemungkinannya melakukan perilaku seksual beresiko/tanpa pelindung. Pemakaian obat terlarang juga memudahkan orang lain memaksa seseorang melakukan perilaku seksual yang dalam keadaan sadar tidak akan dilakukan. Penggunaan obat dengan jarum suntik diasosiasikan dengan peningkatan resiko penularan penyakit lewat darah, seperti hepatitis dan HIV, yang juga bisa ditransmisikan lewat seks.
Prinsipnya mirip dengan alkohol, orang yang berhubungan seksual di bawah pengaruh obat lebih besar kemungkinannya melakukan perilaku seksual beresiko/tanpa pelindung. Pemakaian obat terlarang juga memudahkan orang lain memaksa seseorang melakukan perilaku seksual yang dalam keadaan sadar tidak akan dilakukan. Penggunaan obat dengan jarum suntik diasosiasikan dengan peningkatan resiko penularan penyakit lewat darah, seperti hepatitis dan HIV, yang juga bisa ditransmisikan lewat seks.
6. Seks untuk uang/obat
Orang yang menjual seks untuk mendapatkan sesuatu posisi tawarnya rendah sehingga sulit baginya untuk menegosiasikan hubungan seksual yang aman. Kemudian, pasangan (pembeli jasa) memiliki resiko terinfeksi PMS yang lebih besar. Jadi, baik pembeli maupun penjual sama-sama dirugikan.
Orang yang menjual seks untuk mendapatkan sesuatu posisi tawarnya rendah sehingga sulit baginya untuk menegosiasikan hubungan seksual yang aman. Kemudian, pasangan (pembeli jasa) memiliki resiko terinfeksi PMS yang lebih besar. Jadi, baik pembeli maupun penjual sama-sama dirugikan.
7. Hidup di masyarakat yang
prevalensi PMS-nya tinggi
Ketika seseorang tinggal di tengah komunitas dengan prevalensi PMS yang tinggi, ketika berhubungan seksual (dengan orang di komunitas itu) ia lebih rentan terinfeksi PMS.
Ketika seseorang tinggal di tengah komunitas dengan prevalensi PMS yang tinggi, ketika berhubungan seksual (dengan orang di komunitas itu) ia lebih rentan terinfeksi PMS.
8. Monogami serial
Monogami serial adalah mengencani/menikahi satu orang saja pada suatu masa, tapi kalau diakumulasi jumlah orang yang dikencani/dinikahi juga banyak. Contoh gampangnya (yang juga banyak terjadi di masyarakat kita) adalah orang yang doyan kawin-cerai. Perilaku begini juga berbahaya, sebab orang yang mempraktekkan monogami serial berpikir bahwa mereka saat itu memiliki hubungan eksklusif sehingga akan tergoda untuk berhenti menggunakan pelindung ketika berhubungan seksual. Sebenarnya monogami memang efektif mencegah PMS, tapi hanya pada monogami jangka panjang yang kedua pasangan sudah dites kesehatan reproduksi.
Monogami serial adalah mengencani/menikahi satu orang saja pada suatu masa, tapi kalau diakumulasi jumlah orang yang dikencani/dinikahi juga banyak. Contoh gampangnya (yang juga banyak terjadi di masyarakat kita) adalah orang yang doyan kawin-cerai. Perilaku begini juga berbahaya, sebab orang yang mempraktekkan monogami serial berpikir bahwa mereka saat itu memiliki hubungan eksklusif sehingga akan tergoda untuk berhenti menggunakan pelindung ketika berhubungan seksual. Sebenarnya monogami memang efektif mencegah PMS, tapi hanya pada monogami jangka panjang yang kedua pasangan sudah dites kesehatan reproduksi.
9. Sudah terkena suatu PMS
Kalau Anda sudah pernah berkenalan langsung dengan suatu PMS (apalagi sering), Anda lebih rentan terinfeksi PMS jenis lainnya. Iritasi atau lepuh pada kulit yang terinfeksi dapat menjadi jalan masuk patogen lain untuk menginfeksi. Karena Anda sudah pernah terinfeksi sekali, bisa jadi ada faktor tertentu dalam gaya hidup Anda yang beresiko.
Kalau Anda sudah pernah berkenalan langsung dengan suatu PMS (apalagi sering), Anda lebih rentan terinfeksi PMS jenis lainnya. Iritasi atau lepuh pada kulit yang terinfeksi dapat menjadi jalan masuk patogen lain untuk menginfeksi. Karena Anda sudah pernah terinfeksi sekali, bisa jadi ada faktor tertentu dalam gaya hidup Anda yang beresiko.
10. Cuma pakai pil KB untuk
kontrasepsi
Kadang orang lebih menghindari
kehamilan daripada PMS sehingga mereka memilih pil KB sebagai alat kontrasepsi
utama. Karena sudah merasa terhindar dari kehamilan, mereka enggan memakai
kondom. Ini bisa terjadi ketika orang tidak ingin menuduh pasangannya
berpenyakit (sehingga perlu disuruh pakai kondom) atau memang tidak suka pakai
kondom dan menjadikan pil KB sebagai alasan. Yang jelas, perlindungan ganda
(pil KB dan kondom) adalah pilihan terbaik…meski tidak semua orang
melakukannya.
Prinsip utama dari pengendalian
Penyakit Menular Seksual secara prinsip ada dua, yaitu:
- Memutuskan rantai penularan infeksi PMS
- Mencegah berkembangnya PMS serta
komplikasi-komplikasinya.
Dengan pencegahan secara tepat dan
penganan secara dini PMS bisa ditangani dengan lebih baik. Yang penting sekali
diingat adalah bentuk-bentuk gejala awal yang menjadi pertanda PMS, diantaranya
:
- benjolan atau lecet di sekitar alat kelamin
- gatal atau sakit di sekitar alat kelamin
- bengkak atau merah di sekitar lat kelamin
- rasa sakit atau terbakar saat buang air kecil
- buang air kecil lebih sering dari biasanya
- demam, lemah, kulit menguning dan rasa nyeri sekujur
tubuh
- kehilangan berat badan, diare dan keringat malam hari
- keluar cairan dari alat vital yang tidak biasa, berbau
dan gatal
- pada wanita keluar darah di luar masa menstruasi dll
Bila merasakan gejala-gejala seperti
di atas, sebaiknya perlu diwaspadai kemungkinan-kemungkinan adanya infeksi
kuman PMS.
Pencegahan yang bisa dilakukan
antara lain :
- tidak melakukan hubungan seks· tidak berganti-ganti
pasangan· menggunakan kondom setiap hubungan seks
- menghindari transfusi darah dengan donor yang tidak
jelas asal-usulnya
- kebiasaan menggunakan alat kedokteran maupun non medis
yang steril
Yang lebih penting dari semua itu
adalah menjaga nilai-nilai moral, agama, nilai etika dan norma kehidupan
bermasyarakat karena dengan moral dan etika yang baik kita akan terhindar dari
gangguan atau penyakit yang akan membawa kita dalam masalah serius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar